NAMA : AI KOKOY KOYYIMAH
KELAS : XII AKUNTANSI 3
SEKOLAH : SMKN 2 SUMEDANG, JAWA
BARAT
KISAH TIGA PANGERAN
Pada zaman
dahulu di Pulau Madura ada sebuah kerajaan yang besar dan makmur. Rakyatnya
hidup tentram dan sejahtera. Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang Raja yang
bijaksana, ia memiliki tiga orang putera. Ketiga puteranya itu memiliki
karakter yang berbeda. Putera yang pertama suka berkhayal dan melamun saja,
kalau putera yang kedua, banyak maunya namun sedikit cerdas, sedangkan putera
yang bungsu suka berbaur dengan rakyat, rendah hati dan santun pada sesama.
Kini, sang Raja
sudah lanjut usia, dan sudah waktunya ia memberikan tahtanya pada puteranya,
dan hal inilah yang membuatnya bingung, sebab Raja merasa takut dalam memilih
salah satu puteranya, ia cemas akan masa depan kerajaannya, takut terjadi
perpecahan atau permusuhan. Tapi akhirnya Raja mendapat sebuah ide untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
Maka pada suatu
hari, Raja memanggil tiga puteranya untuk menghadap padanya. Setelah itu Raja berkata
“Wahai putera-puteraku, hari ini kalian kupanggil karena ada suatu hal yang
ingin aku utarakan. Kalian tahu, usiaku tak lagi muda, maka aku berniat untuk
mengangkat salah satu dari kalian untuk menggantikanku ! tetapi supaya adil,
aku akan memberi satu pertanyaan yang harus kalian jawab, dan dari jawaban yang
kalian utarakan aku akan menentukan siapa yang berhak menggantikanku dan jika
aku telah memilih, kalian harus ikhlas dan berlapang dada menerima keputusanku”
“Siap ayahanda”
ketiga puteranya menyanggupi permintaan ayahnya. Raja pun mulai bertanya “Wahai
putera-puteraku seperti apa cintamu pada rakyatmu ?” Putera yang pertama mengangkat tangan dan
menjawab “Cintaku pada rakyatku sebesar Gunung, Ayahanda ! ” ia menjawab dengan
percaya diri.
“Hmmm..begitu,
mengapa harus sebesar Gunung ?“ Tanya ayahnya.
“Gunung itu besar, tinggi dan indah ayah, jadi
begitulah wujud cintaku pada rakyatku, besar, tinggi kuat tak tergoyahkan”.
“Tapi bukankah di
Pulau Madura ini tidak ada Gunung ? dari mana kau tahu wujunya Gunung ?” Tanya
ayahnya.
“Tapi di Pulau
Jawa ada banyak Gunung ayahanda, aku tahu semua hal tentang Gunung dari
orang-orang yang pernah merantau kesana…”
“Jadi kau
menyimpulkan sesuatu dari kabar orang, padahal kau belum pernah melihatnya sendiri ? lalu bagaimana kau
berlaku adil dan memakmurkan rakyatmu jika kau mendengar masalah mereka hanya
dari kabar orang ?”
Putera pertama
terdiam mendengar penjelasan ayahnya. Dia tahu letak kesalahannya. Lalu sang
Raja berganti bertanya pada putera keduanya. Dengan bangga putera kedua itu
menjawab “ Cintaku pada rakyatku seperti bintang ayahanda ! “
“ Jelaskan
alasanmu” pinta sang Raja.
“ Bintang itu berkilau,
bertaburan tak terhitung jumlahnya dan berada di langit tinggi hingga tak ada
yang melampauinya, bahkan tingginya gunung sekalipun tak dapat mengalahkannya, keindahannya,
gemerlapnya dapat dinikmati oleh setiap orang di bumi, begitulah wujud cintaku
ayah agar semua rakyatku dapat menikmati indahnya cintaku” jawabnya
“Hmmm… bagus niatmu
sangat mulia, tapi bagaimana mungkin rakyatmu bisa merasakan cintamu, bisakah
kau berbuat adil ? karena bintang itu terlalu tinggi hingga tak terjangkau,
bagaimana kau bisa berlaku adil pada rakyatmu jika untuk menemuimu saja mereka tak bisa ?”
Tanya raja.
Putera kedua
juga terdiam mendengar penjelasan ayahnya, ia merasa salah karena tak berpikir
dengan matang sebelum berbicara.
Lalu sang Raja
pun melanjutkan bertanya pada si bungsu, putera terakhirnya. Si bungsu menjawab…
“ Cintaku pada rakyatku seperti garam,
ayahanda !”
“ Hmmm.. garam ?
mengapa garam ?” kata sang Raja
“ Begini
ayahanda, aku berkeliling negeri dan berbaur dengan rakyat, aku diajari membuat
garam oleh mereka, kita sadar bahwa garam sangatlah penting untuk kehidupan
kita, karena semua orang membutuhkannya dan
jika kita memasak tentu akan hambar rasanya masakan itu jika tak diberi
garam, selain itu garam mudah untuk mendapatkannya sehingga jika cintaku
seperti garam semua orang dapat merasakan wujud cintaku”
Raja terdiam
memdengar penjelasan si bungsu, ia kagum mendengar jawaban putera ketiganya. Begitu
pula kedua saudaranya sangat terkesima mendengar pejelasan adiknya. Akhirnya
Raja memutuskan bahwa si bungsu yang akan menggantikan tahtanya.
-TAMAT-
Perlengkapan
dalam menampilkan teater :
1. Busana :
·
Kaos panjang berwarna
ungu, kerudung ungu, dan rok hitam panjang.
2. Properti :
Menggunakan Gambar dua dimensi kreasi sendiri dari
karton berupa
·
Satu gambar Raja
·
Tiga gambar Pangeran
·
Mahkota yang saya pakai
sebagai orator.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar