LAPORAN
DISKUSI PRESENTASI BK
KELOMPOK 1 “KASUS” KELAS A PENDIDIKAN
AKUNTANSI
“PERILAKU
MENYONTEK, DAMPAK DAN PENANGGULANGANNYA”
Presentasi hari/tanggal : Rabu, 5 April 2017
Dosen pengampu : Dr. Euis Kurniati, M.Pd.
Anggota kelompok 1 yang hadir saat presentasi
:
1.
Alif Fauzia Restiadi
2.
Ai Kokoy Koyyimah
3.
Anis Islamiyah
4.
M. Luthfiana
5.
Nadia Amira
Pertanyaan, jawaban, sanggahan dan tambahan selama diskusi :
1.
Ita Nuraeni : Terkait perilaku menyontek,
apakah efektif jika mengubah ujian tertulis dengan ujian lisan ?
Jawaban :
Nadia Amira
: Lebih efekttif ujian lisan karena ujian lisan itu meminimalisir terjadinya
menyontek, karena ujian lisan itu murni langsung dari apa yang kita ketahui,
jadi ujian tulis hanya sebagai bentuk formalitas dalam mengukur kemampuan siswa
contohnya Ujian Nasional, namun UN tidak akan efektif jika menggunakan ujian
lisan.
Sanggahan :
Ina
Sukmawati : Cukup efektif namun juga tidak terlalu efektif karena tidak
semua ujian efektif di tes kan dengan cara lisan.
2.
Safirah Amalia : Sebagai calon pendidik, bagaimana
menanggapi guru yang hanya menilai siswa dari nilai ujian ?
Jawaban :
Alif
Fauzia : Kami tidak setuju jika guru hanya hanya
menilai siswa dari hasil ujiannya. Karena nilai ujian bukanlah tolak ukur dari
segalanya. Solusi untuk hal ini diantaranya adalah dengan menerapkan dan
menjalankan kurikulum 2013 sebab dalam kurikulum 2013 ada tiga aspek penilaian
yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap, sehingga guru tidak akan hanya
menilai dari aspek pengetahuan saja, namun juga keterampilan dan sikap.
3. Adam Pragusti : Bagaimana
kita tahu kalau seseorang menyontek ? jika seseorang ketahuan menyontek lalu
dihukum, padahal bukan hanya ia sendiri yang menyontek, berarti itu tidak adil
?
Jawaban
:
M.
Luthfiana dan Nadia Amira : kita belajar psikologi pendidikan,
kita bisa tahu dari gerak gerik siswa saat ujian contohnya yang tengak
tengok ke sana kemari dan lainnya yang mencurigakan. Kalau masalah
ketidakadilan, hal ini mungkin bisa dibilang untung - untungan atau nasib - nasiban karena jika ketahuan
menyontek siswa akan dihukum, jika tidak ketahuan wallahualam.
4. Irham Abdurrahim : Apa motif teman yang memberi contekan kepada orang
lain ?
Jawaban
:
Ai Kokoy Koyyimah : Banyak motif seseorang untuk memberi contekan pada
temannya antara lain tekanan teman dekat, merasa tidak enak pada teman dekat,
merasa kasihan pada yang minta contekan, terpaksa, terdesak, cari aman agar
tidak menimbulkan permusuhan, pengawas ujian yang lengah, dan anggapan bahwa
orang yang suka memberi contekan adalah orang yang baik dan yang tidak memberi
contekan adalah orang yang pelit. Padahal kenyataannya jika hal ini terus
dibiarkan, maka teman yang diberi contekan akan bodoh dan ketergantungan.
Solusinya adalah bukan diberi contekan tapi diajak belajar bersama dan
mempersiapkan ujian sematang mungkin.
Tambahan :
Laella Balqis : Saya setuju dengan ungkapan Ai,
memang yang tidak suka memberi contekan itu selalu dijauhi, saya juga pernah
dijauhi satu kelas jika tidak memberi contekan.
5. Sonia Noviyanti : Bagaimana mengubah mindset orang tua supaya tidak
menjudge bahwa nilai ujian adalah segalanya ?
Jawaban
:
Anis Islamiyah : untuk menghadapi ortu yg otoriter
maka perlu ada pemahamann dari guru bk dan wali kelas siswa agar orang tua
tidak terlalu menekankan anaknya dalam belajar, karena tekanan akan membuat
anak merasa tertekan dan stress dalam belajar akibatnya anak akan menyontek.
Pemahaman yg harus dipahami orang tua adalah dengan:
Pemahaman yg harus dipahami orang tua adalah dengan:
a.
Orang tua harus memahami bahwa setiap anak memiliki potensi yang berbeda dan tidak hanya akademik, maka orang tua harus mengarahkan potensi
anak tersebut suapaya berkembang.
b.
Orang tua memberikan penghargaan bagi anak yang berprestasi agar anak dapat meningkatkan
potensi akademiknya.
c.
Orang tua tidak menekankan anak terhadap nilai atau hasil,
orang tua
harus memahami bahwa proses adalah yang paling penting bukan hasil
Tambahan
:
Sutisna : seharusnya orang tua tidak terlalu
menekan kepada anaknya supaya memiliki nilai ujian yang besar, kita harus mampu
memberikan pemahaman bahwa nilai ujian bukanlah segalanya. Orang tua harus
paham betul dengan kondisi anaknya.
Sanggahan :
Dhea Rahel : wajar kalau orang tua menuntut
anaknya untuk belajar dengan keras dan menuntut nilai di sekolahnya bagus
karena orang tua membiayai anaknya sekolah. Maka jangan terus menekan orang tua
tapi juga harus ada kesadaran dari diri anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar