Selasa, 25 April 2017

LAPORAN DISKUSI PRESENTASI BK KELOMPOK 1 “KASUS” KELAS A PENDIDIKAN AKUNTANSI “PERILAKU MENYONTEK, DAMPAK DAN PENANGGULANGANNYA”



LAPORAN  DISKUSI PRESENTASI BK
KELOMPOK 1 “KASUS” KELAS A PENDIDIKAN AKUNTANSI
 “PERILAKU MENYONTEK, DAMPAK DAN PENANGGULANGANNYA
Presentasi hari/tanggal                        : Rabu, 5 April 2017
Dosen pengampu                                : Dr. Euis Kurniati, M.Pd.
Anggota kelompok 1 yang hadir saat presentasi :
1.                  Alif Fauzia Restiadi  
2.                  Ai Kokoy Koyyimah 
3.                  Anis Islamiyah           
4.                  M. Luthfiana             
5.                  Nadia Amira             
Pertanyaan, jawaban, sanggahan  dan tambahan selama diskusi :
1.      Ita Nuraeni : Terkait perilaku menyontek, apakah efektif jika mengubah ujian tertulis dengan ujian lisan ?
Jawaban :
Nadia Amira : Lebih efekttif ujian lisan karena ujian lisan itu meminimalisir terjadinya menyontek, karena ujian lisan itu murni langsung dari apa yang kita ketahui, jadi ujian tulis hanya sebagai bentuk formalitas dalam mengukur kemampuan siswa contohnya Ujian Nasional, namun UN tidak akan efektif jika menggunakan ujian lisan.
Sanggahan :
Ina Sukmawati  : Cukup efektif namun juga tidak terlalu efektif karena tidak semua ujian efektif di tes kan dengan cara lisan.
2.      Safirah Amalia : Sebagai calon pendidik, bagaimana menanggapi guru yang hanya menilai siswa dari nilai ujian ?
Jawaban :
Alif Fauzia : Kami tidak setuju jika guru hanya hanya menilai siswa dari hasil ujiannya. Karena nilai ujian bukanlah tolak ukur dari segalanya. Solusi untuk hal ini diantaranya adalah dengan menerapkan dan menjalankan kurikulum 2013 sebab dalam kurikulum 2013 ada tiga aspek penilaian yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap, sehingga guru tidak akan hanya menilai dari aspek pengetahuan saja, namun juga keterampilan dan sikap.
3.      Adam Pragusti   : Bagaimana kita tahu kalau seseorang menyontek ? jika seseorang ketahuan menyontek lalu dihukum, padahal bukan hanya ia sendiri yang menyontek, berarti itu tidak adil ?
Jawaban :
M. Luthfiana dan Nadia Amira  : kita belajar psikologi pendidikan, kita bisa tahu dari gerak gerik siswa saat ujian contohnya  yang tengak tengok ke sana kemari dan lainnya yang mencurigakan. Kalau masalah ketidakadilan, hal ini mungkin bisa dibilang untung - untungan atau nasib - nasiban karena jika ketahuan menyontek siswa akan dihukum, jika tidak ketahuan wallahualam.
4.      Irham Abdurrahim  : Apa motif teman yang memberi contekan kepada orang lain ?
Jawaban :
Ai Kokoy Koyyimah  : Banyak motif seseorang untuk memberi contekan pada temannya antara lain tekanan teman dekat, merasa tidak enak pada teman dekat, merasa kasihan pada yang minta contekan, terpaksa, terdesak, cari aman agar tidak menimbulkan permusuhan, pengawas ujian yang lengah, dan anggapan bahwa orang yang suka memberi contekan adalah orang yang baik dan yang tidak memberi contekan adalah orang yang pelit. Padahal kenyataannya jika hal ini terus dibiarkan, maka teman yang diberi contekan akan bodoh dan ketergantungan. Solusinya adalah bukan diberi contekan tapi diajak belajar bersama dan mempersiapkan ujian sematang mungkin.
Tambahan :
Laella Balqis  : Saya setuju dengan ungkapan Ai, memang yang tidak suka memberi contekan itu selalu dijauhi, saya juga pernah dijauhi satu kelas jika tidak memberi contekan.
5.      Sonia Noviyanti  : Bagaimana mengubah mindset orang tua supaya tidak menjudge bahwa nilai ujian adalah segalanya ?
Jawaban :
Anis Islamiyah  : untuk menghadapi ortu yg otoriter maka perlu ada pemahamann dari guru bk dan wali kelas siswa agar orang tua tidak terlalu menekankan anaknya dalam belajar, karena tekanan akan membuat anak merasa tertekan dan stress dalam belajar akibatnya anak akan menyontek.
Pemahaman yg harus dipahami orang tua adalah dengan:
a.       Orang tua harus memahami bahwa setiap anak memiliki potensi yang berbeda dan tidak hanya akademik, maka orang tua harus mengarahkan potensi anak tersebut suapaya berkembang.
b.      Orang tua memberikan penghargaan bagi anak yang berprestasi agar anak dapat meningkatkan potensi akademiknya.
c.       Orang tua tidak menekankan anak terhadap nilai atau hasil, orang tua harus memahami bahwa proses adalah yang paling penting bukan hasil
Tambahan :
Sutisna  : seharusnya orang tua tidak terlalu menekan kepada anaknya supaya memiliki nilai ujian yang besar, kita harus mampu memberikan pemahaman bahwa nilai ujian bukanlah segalanya. Orang tua harus paham betul dengan kondisi anaknya.
Sanggahan :
Dhea Rahel : wajar kalau orang tua menuntut anaknya untuk belajar dengan keras dan menuntut nilai di sekolahnya bagus karena orang tua membiayai anaknya sekolah. Maka jangan terus menekan orang tua tapi juga harus ada kesadaran dari diri anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Persalinan Caesarku

🌷🌷🌷 Assalamualaikum wr wb.. ini adalah pengalaman persalinanku, semoga dapat diambil hikmahnya😇 Minggu 31 Juli jam 3 Pagi Jam 3 pagi kel...