Kamis, 07 Januari 2021

Artikel Skripsi Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap Profitabilitas (Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2018)

 PENGARUH RASIO AKTIVITAS TERHADAP PROFITABILITAS (PADA PERUSAHAAN SEKTOR ANEKA INDUSTRI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2014-2018)

 

Ai Kokoy Koyyimah, Asep Kurniawan2, Heraeni Tanuatmodjo3

Program Studi Pendidikan Akuntansi FPEB UPI

aikoyyimah@student.upi.edu

 

ABSTRAK

 

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh rasio aktivitas terhadap profitabilitas pada Perusahaan Sektor Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014-2018. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah rasio aktivitas dengan indikator perputaran kas, perputaran piutang perputaran persediaan, sedangkan variabel terikat adalah profitabilitas dengan indikator ROA. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian adalah penelitian kuantitatif, menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Data yang dianalisis merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan sebanyak 31 perusahaan sektor aneka industri selama 5 tahun. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linier multipel dengan uji keberartian regresi (Uji F) dan uji t. Hasil statistik uji F menunjukkan bahwa regresi dapat digunakan untuk membuat kesimpulan. Hasil statistik uji t menunjukkan bahwa rasio aktivitas dengan indikator perputaran kas berpengaruh positif terhadap profitabilitas, rasio aktivitas dengan indikator perputaran piutang berpengaruh negatif terhadap profitabilitas  dan rasio aktivitas dengan indikator perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

 

 

 

 

 

                                 

 

 

 

 

 

 

Kata Kunci: Profitabilitas, Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan.

 

 

INFLUENCE OF ACTIVITY RATIO ON PROFITABILITY

(OF MISCELLENEOUS INDUSTRY SECTOR COMPANIES LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE DURING PERIODS 2014-2018)

 

Ai Kokoy Koyyimah1, Asep Kurniawan2, Heraeni Tanuatmodjo3

Program Studi Pendidikan Akuntansi FPEB UPI

aikoyyimah@student.upi.edu

 

ABSTRACT

 

This research aimed to describe influence of activity ratio on profitability of miscellaneous industry sector companies that listed in Indonesia Stock Exchange during periods 2014-2018. Independent variables on this research is activity ratio measured by cash turnover, receivable turnover and inventory turnover while dependent variable is profitability measured by Return On Asset. The research design is a quantitative research, using descriptive and verificative method. The data analyzed is a secondary data from the financial statements of 31 miscellaneous industry companies for 5 years. The statistical analysis used is multiple linear regression with significant regression test (F test) and t test. The result of significant test statistic show that regression can be used to make conclusions on profitability. The result of t test statistic show that activity ratio measured by cash turnover have a positive impact on profitability, activity ratio measured by receivable turnover have a negative impact on profitability and activity ratio measured by inventory turnover have a positive impact on profitability.

 

 

Keywords: Profitability, Cash Turnover, Receivable Turnover, Inventory Turnover.

 

.


Perusahaan profit oriented bertujuan untuk memperoleh laba atau keuntungan yang optimal. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dapat diukur dengan menggunakan profitabilitas. Mengukur profitabilitas penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan. Menurut Sudana (2011: 22) “Semakin besar angka rasio profitabilitas, berarti semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan”. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi menggambarkan bahwa pengelolaan aset yang dimiliki sudah efektif. Profitabilitas yang rendah menunjukkan keadaan yang kurang baik bagi perusahaan, karena profitabilitas yang rendah menggambarkan pengelolaan perusahaan yang dilakukan manajer belum optimal.

Terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas yaitu Return On Asets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Gross Profit Margin dan Basic Earning Power (Sudana, 2011: 23). Indikator yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan adalah ROA, karena ROA dapat mengukur tingkat laba terhadap aset yang digunakan dalam menghasilkan laba (Prihadi, 2011:152). Selain itu ROA dipilih karena memiliki keunggulan dibandingkan dengan indikator yang lainnya. Menurut Mariantha (2018: 93) ROA memiliki keunggulan dibanding indikator – indikator yang lain yaitu “ROA mudah dimengerti, banyak digunakan, ukuran keuangan yang menyeluruh, dapat dibandingkan serta sesuai dengan tujuan manajemen puncak dalam hal imbal hasil atas aktiva”.

Industri manufaktur merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi, karena memiliki peran dalam mengatasi masalah pengangguran dan terciptanya ekonomi berbasis sumber daya alam. Dari sembilan sektor perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, perusahaan manufaktur merupakan penyokong utama pertumbuhan ekonomi nasional sebab didukung oleh banyak investor yang mengembangkan sektor tersebut. Perusahaan unggulan manufaktur yaitu logam dasar, makanan dan minuman, alat angkutan, mesin dan perlengkapan, kimia, farmasi, serta elektronik (Kemenperin, 2018).

Manufaktur menjadi kontributor terbesar bagi Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, dengan nilai mencapai 19,83% tahun 2018. Sepanjang tahun 2017, manufaktur menjadi penyumbang tertinggi hingga 74,10% dalam struktur ekspor Indonesia dengan nilai mencapai USD 125,02 miliar. Kontribusi besar lainnya dari manufaktur yakni penerimaan negara dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN), pada tahun 2018 mencapai 29,9% atau senilai Rp194,36 triliun, melampaui sektor perdagangan, jasa keuangan, dan pertambangan.

Selain itu jumlah penyerapan tenaga kerja perusahaan – perusahaan manufaktur sampai tahun 2017 telah menyerap 17,5 juta tenaga kerja, sehingga di mata internasional, Indonesia dipandang sebagai salah satu negara industri terbesar di dunia. Menurut United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), Indonesia menempati posisi ke-9 dunia sebagai negara penghasil nilai tambah terbesar dari sektor industri (Kemenperin, 2018).

Perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia digolongkan menjadi tiga sektor yakni sektor Industri Dasar dan Kimia sebanyak 70 perusahaan, Sektor Industri Barang Konsumsi berjumlah 55 perusahaan dan Sektor Aneka Industri sebanyak 43 perusahaan.  Perkembangan rata – rata profitabilitas ketiga sektor perusahaan manufaktur tersebut selama lima tahun sejak tahun 2014 dapat dilihat pada gambar berikut:

 

Standar industri untuk ROA menurut Brigham dan Houston (2013: 148) adalah 9%. Garis warna biru menunjukkan perkembangan ROA perusahaan - perusahaan Sektor Industri Barang Konsumi sejak tahun 2014 sampai dengan 2018, perkembangannya cukup stabil meskipun mengalami penurunan pada tahun 2018 yakni turun 2,41%. Angka ROA perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi masih di bawah standar ROA industri menurut Brigham dan Hosuton, namun walaupun begitu setiap tahunnya ROA sektor ini sudah mencapai atau melampaui rata – rata total ROA perusahaan manufaktur.

Kemudian garis warna hijau menunjukkan perkembangan ROA perusahaan – perusahaan sektor Industri Dasar dan Kimia. Selama lima tahun perkembangannya cukup baik, meskipun angkanya masih di bawah rata – rata total manufaktur dan dibawah  standar ROA industri menurut Brigham dan Houston, namun ROA perusahaan – perusahaan sektor Industri Dasar dan Kimia terus meningkat terutama tahun 2015 sampai dengan 2018.

Sektor yang terlihat bermasalah yakni sektor Aneka Industri. Perkembangan ROA perusahaan – perusahaan sektor aneka industri dapat diamati pada garis warna kuning pada grafik di atas. Hampir setiap tahun ROA sektor ini selalu di bawah rata – rata manufaktur dan standar ROA industri menurut Brigham dan Houston. ROA perusahaan – perusahaan sektor aneka industri mengalami kenaikan dan penurunan drastis dalam waktu cepat, yakni pada tahun 2017 naik dengan pesat sebanyak 8,8% dari tahun sebelumnya, namun langsung turun drastis sebesar 9,51% pada tahun 2018. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa hal demikian dapat terjadi.

Bila digambarkan dalam bentuk grafik, perkembangan rata – rata ROA sektor aneka industri tampak pada gambar berikut:

 

Sektor aneka industri merupakan salah satu sektor pada perusahaan manufaktur yang terdiri dari sub sektor mesin dan alat berat, sub sektor otomotif dan komponen, sub sektor tekstil dan garmen, sub sektor alas kaki, sub sektor kabel dan sub sektor elektronika. Sektor aneka industri merupakan sektor yang penting karena perusahaan sektor aneka industri merupakan perusahaan skala besar dengan alat-alat produksi mesin besar yang menyerap ratusan hingga ribuan karyawan yang diperkerjakan.

Produk yang dihasilkan oleh sektor aneka industri merupakan komoditas yang penting dan memiliki daya tahan cukup lama sehingga dibutuhkan pengelolaan aset yang baik agar dapat mengasilkan keuntungan yang optimal. Jika dibandingkan dengan standar industri untuk ROA menurut Brigham dan Houston yakni 9%, dari total perusahaan sektor aneka industri sebanyak 43 perusahaan, pada tahun 2014 hanya tiga perusahaan yang mencapai ROA diatas 9%, tahun 2015 hanya empat perusahaan, tahun 2016 hanya tujuh perusahaan, tahun 2017 hanya enam perusahaan dan tahun 2018 tidak ada satu perusahaan pun yang profitabilitasnya mencapai 9%, bahkan enam perusahaan melaporkan ROA yang negatif.

Beradasarkan pemaparan di atas, maka peneliti memilih perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian. Perusahaan yang terdaftar di BEI dipilih karena perusahaan tersebut merupakan perusahaan - perusahaan yang sudah berstatus go public, dimana sahamnya sudah diperjualbelikan kepada publik sehingga perusahaan tersebut memiliki banyak keutamaan diantaranya memperoleh sumber pendanaan baru sebagai sarana pendanaan jangka panjang, meningkatkan nilai perusahaan (company value), meningkatkan citra perusahaan, memiliki kemampuan untuk mempertahankan kelangsungan usaha dan memiliki insentif pajak (OJK, 2019), sehingga perusahaan yang terdaftar di BEI (go public) lebih representatif untuk dijadikan objek penelitian dibandingkan dengan perusahaan yang belum go public.

Sektor aneka industri dipilih karena sektor tersebut merupakan salah satu sektor industri manufaktur, dimana perusahaan - perusahaan manufaktur merupakan salah satu penyumbang perekonomian terbesar Indonesia. Sektor aneka industri mengalami permasalahan dalam profitabilitasnya yakni terdapat penurunan drastis pada rata – rata ROA perusahaan sektor aneka industri dibandingkan dengan dua sektor manufaktur lainnya yaitu sektor industri dasar dan kimia dan sektor industri barang konsumsi.

ROA yang rendah dan menurun menunjukkan bahwa perusahaan tidak dapat mengelola aktiva dan modalnya dengan baik dalam memperoleh keuntungan. Banyaknya perusahaan sektor aneka industri yang belum mencapai standar ROA dan terjadi penurunan pada ROA merupakan masalah yang harus diatasi oleh perusahaan. Hal tersebut dapat mengganggu kegiatan operasional dan dapat mengurangi kepercayaan investor dan kreditor sehingga perusahaan dapat berpotensi mengalami kebangkrutan. Berdasarkan hal tersebut perusahaan harus mencari faktor – faktor yang menyebabkan profitabilitas menurun dan rendah.

Profitabilitas perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Hery (2017: 82) kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dipengaruhi oleh leverage, rasio pembayaran dividen tunai dan rasio aktivitas, sedangkan menurut Kasmir (2013: 89) faktor – faktor yang mempengaruhi profitabilitas adalah margin laba bersih, perputaran total aktiva, laba bersih, penjualan, total aktiva, aktiva tetap, aktiva lancar dan total biaya. Menurut Ambarwati (2015: 8) faktor – faktor yang mempengaruhi profitabilitas adalah modal kerja, aktivitas dan ukuran perusahaan, sedangkan menurut Agustin (2016: 53) mendapatkan hasil bahwa profitabilitas perusahaan dipengaruhi oleh premium growth ratio, risk based capital dan hasil investasi.

Hasil penelitian Sukmayanti (2019: 132) menunjukkan bahwa profitabilitas dipengaruhi oleh struktur modal, likuiditas dan ukuran perusahaan, sementara penelitian Oxtaviana (2016: 15) mendapatkan hasil bahwa profitabilitas dipengaruhi oleh aktiva tetap, hutang jangka panjang dan perputaran modal kerja.

Dengan demikian berdasarkan teori dari ahli dan peneliti terdahulu dapat diidentifikasi bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi profitabilitas adalah leverage, rasio pembayaran dividen tunai, rasio aktivitas, margin laba bersih, perputaran total aktiva, laba bersih, penjualan, total aktiva, aktiva tetap, aktiva lancar, total biaya, modal kerja, aktivitas, ukuran perusahaan, premium growth ratio, risk based capital, hasil investasi, struktur modal, likuiditas, hutang jangka panjang dan perputaran modal kerja.

Dari faktor – faktor yang telah diidentifikasi, rasio aktivitas menarik untuk diteliti pengaruhnya terhadap profitabilitas sebab rasio aktivitas menunjukkan efektivitas dan efisiensi manajemen untuk mengelola aktiva yang dimiliki perusahaan dalam aktivitas operasional perusahaan. Rasio aktivitas disebut juga dengan rasio pengelolaan aset atau rasio manajemen aset. Rasio aktivitas menurut Sudana (2011: 21) adalah “Rasio yang mengukur efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam mengelola aktiva yang dimiliki perusahaan”. Menurut Horne (2012:172), "Aktivitas merupakan rasio yang mengukur bagaimana perusahaan menggunakan asetnya”.

Rasio aktivitas atau manajemen aset dapat diukur dengan beberapa indikator Menurut Harmono (2016: 109) diantaranya inventory turnover (perputaran persediaan), account receivable turnover (perputaran piutang) dan cash turnover (perputaran kas).

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran profitabilitas, perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2018 serta untuk mengetahui pengaruh rasio aktivitas dengan indikator perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2018.

Pada penelitian ini, teori keagenan diaplikasikan oleh perusahaan sektor aneka industri, dimana yang menjadi pihak prinsipal adalah para pemegang saham dan yang menjadi agen adalah dewan komisaris. Dewan komisaris bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada perusahaan, oleh karena itu dewan komisaris mengelola aktiva dan modal perusahaan secara optimal. Dengan pengelolaan yang optimal, dewan komisaris sebagai agen telah melaksanakan kewajiban yang diberikan prinsipal. Teori keagenan dikemukakan oleh Supriyono (2018: 63) bahwa:

Teori agensi (keagenan) adalah konsep yang mendeskripsikan hubungan antara prinsipal (pemberi kontrak) dan agen (penerima kontrak), prinsipal mengontrak agen untuk bekerja demi kepentingan atau tujuan prinsipal sehingga prinsipal memberikan wewenang pembuatan keputusan kepada agen untuk mencapai tujuan tersebut. Agen bertanggung jawab atas pencapaian tujuan tersebut dan agen menerima balas jasa dari prinsipal.

Menurut Brigham dan Houston (2013: 146) “Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi”, sedangkan Hery (2015: 192) mengemukakan bahwa “Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya”.

Terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2013: 146 – 149), rasio profitabilitas ada empat yaitu Profit Margin on Sales, Return On Asset, Basic Earning Power dan Return On Equity, sedangkan Harmono (2016: 110) mengemukakan ada enam indikator profitabilitas yaitu Net Profit Margin, Gross Profit Margin, ROA, ROE, EPS dan Kemampulabaan (ROI).

Indikator yang digunakan oleh peneliti adalah ROA. ROA merupakan rasio yang mengukur kemampuan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan mengoptimalkan aktiva yang dimiliki perusahaan. Peneliti memilih ROA karena ROA memiliki keunggulan dibanding rasio – rasio yang lain. Mengenai keunggulan ROA, Mariantha (2018: 93) menyatakan bahwa:

ROA memiliki beberapa keunggulan yaitu mudah dimengerti, banyak digunakan, ukuran keuangan yang menyeluruh, dapat dibandingkan serta sesuai dengan tujuan manajemen puncak dalam hal imbal hasil atas aktiva. ROA dihitung menggunakan rumus:

(Brigham dan Houston, 2013: 148)

Menurut Sudana (2011: 21) “Rasio aktivitas mengukur efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam mengelola aktiva yang dimiliki perusahaan”. Demikian pula menurut Kasmir (2010: 113) mengemukakan rasio aktivitas sebagai berikut:

Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya, atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan misalnya di bidang penjualan, sediaan, penagihan piutang dan efisiensi di bidang lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari – hari.

Indikator rasio aktivitas yang digunakan oleh peneliti yaitu yaitu perputaran kas perputaran piutang dan perputaran persediaan.

Menurut Harmono (2016: 166) “Perputaran kas merupakan berapa kali uang kas berputar selama satu periode”. Perputaran kas dihitung menggunakan rumus:

(Harmono, 2016: 109)

Menurut Harrison et al (2013: 261), perputaran piutang usaha (receivable turnover) adalah rasio untuk mengukur kemampuan untuk menagih kas dari pelanggan. Secara umum semakin tinggi rasio, semakin baik, akan tetapi perputaran piutang yang terlalu tinggi mungkin mengindikasi bahwa kredit terlalu ketat dan menyebabkan kehilangan penjualan dari pelanggan utama. Perputaran piutang dihitung dengan menggunakan rumus:

Menurut Harrison et al (2013: 260) perputaran perputaran persediaan (inventory turnover) mengukur berapa kali perusahaan menjual tingkat rata – rata persediaannya selama satu tahun. Perputaran yang cepat menunjukkan kemudahan dalam menjual persediaan, sementara perputaran yang rendah mengindikasikan kesulitan dalam menjual persediaan. Perputaran persediaan dihitung menggunakan rumus:

(Brigham dan Houston 2013: 137)

METODE

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Variabel dependen pada penelitian ini adalah profitabilitas yang diukur dengan ROA, sedangkan variabel independen pada pnelitian ini adalah rasio aktivitas yang diukur dengan perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan.

Populasi dalam penelitian ini adalah 43 perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2018. Sampel penelitian ini adalah 31 perusahaan sektor aneka industri yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Adapun pertimbangan dalam pemilihan yang digunakan dalam penilitian ini yaitu perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2018 dan perusahaan tersebut mempublikasikan laporan keuangan tahun 2014 – 2018 dengan lengkap.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi berupa laporan keuangan tahunan perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2018 dan ringkasan performa perusahaan tercatat yang diunduh pada web www.idx.co.id.

Analisis data yang dilakukan adalah analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai kondisi variabel yang diteliti, kemudian analisis inferensial dipergunakan untuk menaksir, meramalkan dan menarik kesimpulan berdasarkan sampel yang diamati.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel. Proses pengolahan data menggunakan software eviews 9, langkah – langkah yang digunakan yaitu pemilihan model regresi data panel, uji asumsi klasik dan uji hipotesis menggunakan uji keberartian regresi dan uji t.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran profitabilitas perusahaan sektor aneka industri tahun 2014-2018 cenderung menurun, hanya tahun 2016 saja yang mengalami kenaikan, artinya selama lima tahun kecuali tahun 2016, kemampuan perusahaan sektor aneka industri dalam menghasilkan laba kurang baik, terlihat dari rata - rata profitabilitasnya yang menurun.

Nilai rata – rata ROA adalah 2,332516%, angka ini berada di bawah standar ROA menurut Brigham yaitu 9%, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan profitabilitas perusahaan sektor aneka industri belum mencapai standar ROA yang ideal, artinya pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 kemampuan perusahaan sektor aneka industri dalam menghasilkan laba rendah atau kurang baik.

Gambaran perputaran kas perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di BEI selama 5 tahun mengalami penurunan pada tahun 2014 sampai 2016, setelah itu mengalami kenaikan pada tahun 2017 dan 2018. Hal ini memperlihatkan bahwa kas perusahaan sektor aneka industri tidak sering berputar pada tahun 2014-2016, lalu lebih sering berputar pada tahun 2017 dan 2018.

Nilai rata – rata perputaran kas perusahaan sektor aneka industri adalah 31,56161, artinya kas perusahaan – perusahaan sektor aneka industri rata – rata berputar sebanyak 32 kali dalam satu periode. Gambaran perputaran piutang perusahaan sektor aneka industri cenderung mengalami kenaikan dan hanya mengalami penurunan di tahun 2015 dan 2016. Nilai rata – rata perputaran piutang perusahaan sektor aneka industri tahun 2014 sampai tahun 2018 adalah 8,031548, artinya rata – rata piutang perusahaan sektor aneka industri berputar 8 kali dalam satu periode.

Gambaran perputaran persediaan perusahaan sektor aneka industri tahun selama lima tahun mengalami penurunan pada tahun 2015 dan 2018 dan mengalami kenaikan pada tahun 2016 dan 2017. Nilai rata – rata perputaran persediaan perusahaan sektor aneka industri adalah sebesar 4,951871, artinya persediaan perusahaan aneka industri rata – rata berputar sebanyak 5 kali dalam satu periode.

Hasil pemilihan model regresi melalui uji chow, uji hausman dan uji lagrange multiplier menggunakan software eviews 9 menunjukkan bahwa model regresi yang terbaik adalah model common effect, selanjutnya hasil uji asumsi klasik menunjukkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas, heteroskedastisitas dan korelasi positif maupun negatif pada variabel penelitian ini.

Uji keberartian regresi dengan tingkat signifikansi 5% menunjukkan bahwa nilai Ftabel adalah 2,66 sementara nilai Fhitung adalah 5,435977, karena 5,435977 > 2,66 maka dapat disimpulkan bahwa regresi berarti dan dapat dipakai untuk membuat kesimpulan.

Berdasarkan hasil uji t menggunakan software eviews 9 nilai probabilitas value hitung perputaran kas sebesar 0,0142 < 0,05 maka H0 ditolak, koefisien regresi menunjukkan nilai positif sehingga kesimpulannya rasio aktivitas dengan indikator perputaran kas berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Nilai probabilitas value hitung perputaran piutang sebesar 0,0158 < 0,05 maka H0 ditolak, namun koefisien regresi menunjukkan nilai negatif sehingga kesimpulannya rasio aktivitas dengan indikator perputaran piutang berpengaruh negatif profitabilitas. Nilai probabilitas value hitung perputaran piutang sebesar 0,0009 < 0,05 maka H0 ditolak, koefisien regresi menunjukkan nilai positif sehingga kesimpulannya rasio aktivitas dengan indikator perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

Hasil pengujian regresi linier multipel menunjukkan rasio aktivitas dengan indikator perputaran kas berpengaruh positif terhadap ROA perusahaan sektor aneka industri tahun 2014-2018. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurafika (2018), Putri (2013) dan Pratama (2019) yang menyatakan bahwa perputaran kas berpengaruh positf terhadap profitabilitas, namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Zubir (2017), Cahyani (2019) dan Armereo (2019) yang menyatakan bahwa perputaran kas tidak berpengaruh terhadap profitabilitas.

Hasil penelitian ini membuktikan teori yang telah dikemukakan bahwa perputaran kas berpengaruh terhadap profitabilitas, semakin tinggi perputaran kas maka semakin tinggi pula profitabilitas, semakin sering kas perusahaan berputar dalam periodenya, maka kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba semakin besar karena kas yang sering berputar berarti kas perusahaan mampu membiayai operasional perusahaan dengan baik dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba meningkat sehingga profitabilitas perusahaan meningkat.

Hasil pengujian regresi linier multipel menyatakan bahwa rasio aktivitas dengan indikator perputaran piutang berpengaruh negatif terhadap ROA perusahaan sektor aneka industri, artinya semakin tinggi perputaran piutang perusahaan sektor aneka industri, maka profitabilitas perusahaan menjadi turun. Hal tersebut menunjukkan bahwa manajemen perusahaan sektor aneka industri kurang efektif dalam mengelola piutang yang dimiliki, sebab teori mengemukakan bahwa semakin tinggi perputaran piutang maka semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sofyan (2019), Dadzie (2017) dan Aqil (2019) yang mendapatkan hasil penelitian bahwa perputaran piutang memiliki pengaruh negatif terhadap profitabilitas. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Saragih (2018) dan Tiong (2017) yang menyatakan bahwa perputaran piutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perputaran piutang yang tinggi berpengaruh negatif terhadap ROA, artinya semakin tinggi perputaran piutang maka profitabilitas menjadi turun, hal tersebut terjadi karena beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah kebijakan kredit. Perputaran piutang dipengaruhi oleh kebijakan kredit yang diterapkan oleh perusahaan.

Sebagaimana dikemukakan oleh Harrison (2013: 261) bahwa “Perputaran piutang yang tinggi mengindikasikan bahwa kredit terlalu ketat sehingga menyebabkan perusahaan kehilangan penjualan dari pelanggan”. Apabila dibiarkan, maka penjualan perusahaan akan terus menurun dan laba juga menurun sehingga profitabilitas perusahaan menjadi rendah. Sementara apabila perputaran piutang rendah menunjukkan bahwa perusahaan terlalu longgar dalam memberikan jangka waktu atau syarat kredit pada pelanggan.

Pelanggan lebih menyukai syarat kredit yang longgar sehingga bila syarat kredit longgar, pelanggan dapat membeli barang secara berulang. Dengan demikian perputaran piutang yang tinggi dapat membuat profitabilitas turun dan perputaran piutang yang rendah dapat membuat profitabilitas meningkat dikarenakan faktor ketat atau longgarnya syarat kredit.

Faktor yang kedua adalah jumlah piutang itu sendiri, yakni jumlah piutang yang dimiliki oleh perusahaan. Muhardi (2013: 58) menyatakan bahwa “Makin tinggi perputaran piutang berarti investasi yang ditanamkan dalam bentuk piutang adalah rendah”. Apabila penjualan kredit perusahaan jumlahnya besar maka piutang yang dimiliki perusahaan juga besar, namun jika dalam satu periode sebagian besar piutang telah tertagih, jumlah piutangnya menjadi kecil sehingga angka perputaran piutang akan besar, dengan demikian jumlah piutang yang kecil dipahami bahwa piutang sering mengalami perputaran sejak timbulnya piutang sampai piutang tersebut tertagih, namun tidak selalu demikian, setiap pengguna laporan keuangan harus menganalisis terlebih dahulu kondisi piutang perusahaan yang bersangkutan.

Jumlah piutang yang kecil sebetulnya menunjukkan dua kondisi perusahaan yang berbeda. Kondisi yang pertama adalah piutang perusahaan jumlahnya rendah karena penjualan kreditnya besar dan sebagian besar piutang sudah tertagih, sudah menjadi pendapatan bagi perusahaan sehingga piutang jumlahnya menjadi kecil, maka angka perputaran piutangnya tinggi sehingga laba perusahaan meningkat dan profitabilitas meningkat.

Kondisi yang kedua adalah bahwa piutang yang rendah terjadi karena penjualan kredit yang dimiliki oleh perusahaan memang rendah (bukan terjadi karena piutang telah tertagih), sehingga laba perusahaan kecil dan profitabilitasnya rendah, sebagaimana terdapat pada sampel penelitian ini, perputaran piutang perusahaan PT Sepatu Bata Tbk tahun 2018 adalah 29,62 kali. Jumlah penjualannya adalah Rp. 992.696.071.000, piutang pada awal periode adalah Rp. 34.332.957.000 dan pada akhir periode adalah Rp. 32.698.994.000, dan ROA perusahaan adalah sebesar 6,27% mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 7,84%. Dari perusahaan ini dapat diketahui bahwa perputaran piutang yang tinggi tidak selalu menunjukkan bahwa piutang tersebut telah tertagih dan kasnya telah diterima oleh perusahaan, namun sejak awal periode memang jumlah piutangnya kecil, hingga akhir periode, piutang PT Sepatu Bata Tbk hanya tertagih sebanyak 4,76%, sehingga perputaran piutang yang cepat atau tinggi dapat membuat profitabilitas perusahaan menurun dengan kondisi tersebut

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa gambaran profitabilitas perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2018 mengalami penurunan setiap tahun, hanya tahun 2016 saja yang mengalami kenaikan, nilai rata - rata ROA 2.332516%, angka ini berada di bawah standar ROA menurut Brigham yaitu 9%, sehingga secara keseluruhan profitabilitas perusahaan sektor aneka industri belum mencapai standar ROA yang ideal.

Gambaran perputaran kas perusahaan sektor aneka industri mengalami penurunan pada tahun 2014 sampai 2016 dan mengalami kenaikan pada tahun 2017 dan 2018. Nilai rata – rata perputaran kas adalah 31.56161, artinya kas perusahaan – perusahaan sektor aneka industri rata – rata berputar sebanyak 32 kali dalam satu periode.  

Gambaran perputaran piutang perusahaan sektor aneka industri mengalami kenaikan pada tahun 2017 dan 2018, dan mengalami penurunan di tahun 2015 dan 2016. Nilai rata – rata perputaran piutang adalah 8.031548 atau dibulatkan menjadi 8, artinya piutang perusahaan sektor aneka industri rata – rata berputar 8 kali dalam satu periode

Gambaran perputaran persediaan perusahaan sektor aneka industri mengalami penurunan pada tahun 2015 dan 2018 dan mengalami kenaikan pada tahun 2016 dan 2017. Nilai rata – rata perputaran persediaan adalah 4.95 artinya persediaan perusahaan aneka industri rata – rata berputar sebanyak 5 kali dalam satu periode.

Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa rasio aktivitas dengan indikator perputaran kas berpengaruh positif terhadap profitabilitas, rasio aktivitas dengan indikator perputaran piutang berpengaruh negatif terhadap profitabilitas dan rasio aktivitas dengan indikator perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2018.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Brigham, E. F dan Houston, J. F. (2013). Dasar – Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Harrison, J et al. (2013). Akuntansi Keuangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Harmono. (2016). Manajemen Keuangan Berbasis Balance Scorecard Pendekatan Teori, Kasus dan Riset Bisnis. Jakarta: Bumi Aksara.

Hery. (2015). Analisis Kinerja Manajemen. Jakarta: Grasindo.

____. (2017). Kajian Riset Akuntansi. Jakarta: PT Grasindo.

Horne, J dan Wachowicz, J. (2012). Prinsip – Prinsip Manajemen Keuangan.Jakarta: Salemba Empat.

Kasmir. (2010). Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

_____. (2013). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Mariantha, H. I. N. (2018). Manajemen Biaya. Makassar: Celebes Media Perkasa.

Muhardi, W. (2013). Analisis Laporan Keuangan Proyeksi dan Valuasi Saham. Yogyakarta: Liberty.

Prihadi, T. (2011). Analisis Laporan Keuangan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PPM.

Sudana, I. M. (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Erlangga.

Supriyono, R. A. (2018). Akuntansi Keperilakuan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Jurnal:

Ambarwati, N. (2015). Pengaruh Modal Kerja, Likuiditas, Aktivitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi. 3(1), 1-11.

Agustin F, Suangga, A dan Sugiharto, B. (2016). Pengaruh Premium Growth Ratio, Risk Based Capital dan Hasil Investasi terhadap Profitabilitas Perusahaan Asuransi Umum yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2014. Accounting Research Journal os Sutaatmadja 2(2), 53 – 65.

Aqil, M et al. (2019). Factors Influencing the Profitability of Heavy Vehicle Industry:  A Case of Pakistan. Montenegrin Journal of Economics. 15(1), 61-72.

Armereo, C dan Saputra, A. (2020). Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas Perusahaan Dagang yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2018. Jurnal Akuntanika. 6(1), 24-37.

Cahyani, P. (2019). Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Kas dan Piutang terhadap Profitabilitas Perusahaan Property dan Real Estate. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen. 8(5), 1-16.

Dadzie, E. A. (2017). Working Capital Management and Profitability of Manufacturing Firms in Ghana. Journal of Excellence, Leadership, & Stewardship. 6(2), 30-42.

Nurafika, R. A. dan Almadany, K. (2018). Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Semen. Jurnal Akuntansi dan Bisnis. 4(1), 1 – 12.

Oxtaviana, T dan Khusbandiyah, A. (2016). Pengaruh Aktiva Tetap, Hutang Jangka Panjang dan Perputaran Modal Kerja terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Kompartemen. 14(1), 1-19.

Pratama, R, Indrianasari, N dan Murniati, W. (2019). Pengaruh Perputaran Kas Dan Perputaran Piutang terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2013-2016. Jurnal Riset Akuntansi. 1(4), 95-105.

Putri, L.R dan Musmini, L.S (2013). Pengaruh Perputaran Kas Terhadap Profitabilitas Pada PT. Tirta Mumbul Jaya Abadi Singaraja Periode 2008-2012. Jurnal Akuntansi Profesi. 3(2), 142-152.

Saragih, E. B dan Saragih, J. L. (2018). Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, dan Perputaran Persediaan Terhadap Return On Assets pada Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan. 4(2), 175-194.

Sofyan, A. F dan Saifi, M. (2019). Modal Kerja dan Profitabilitas pada Perusahaan Food and Beverages (Studi pada Perusahaan Sub Sektor Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018). Jurnal Administrasi Bisnis. 73(1), 169-177.

Sukmayanti, N dan Triaryati, N. (2019). Pengaruh Struktur Modal, Likuiditas dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Property dan Real Estate. E- Journal Manajemen. 8(1). 7132-7162.

Tiong, P. (2017). Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Profitabilitas pada Perusahaan PT Mitra Phinastika Mustika Tbk. Journal of Management and Business. 1(1), 1-22.

Zubir. (2017). Pengaruh Perputaran Kas, dan Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Real Estate dan Property. Jurnal Samudra Ekonomi dan Bisnis. 8 (1), 671-677.

 

INTERNET

IDX. (2018). Ringkasan Performa Perusahaan tercatat. [Online]. Tersedia: http://www.idx.co.id/data-pasar/laporan-statistik/ringkasan-performa-perusahaan-tercatat/  [9 Januari 2020]

Kemenperin. (2018). Manufaktur jadi Penopang Utama Ekonomi. [Online]. Diakses dari: https://kemenperin.go.id/artikel/18978/Manufaktur-Jadi-Penopang-Utama-Ekonomi  [5 Desember 2019]

_________. (2018). Industri Manufaktur Tidak Kendur. [Online]. Tersedia: https://kemenperin.go.id/artikel/19580/Menperin:-Industri-Manufaktur-Tidak-Kendur [13 April 2020]

OJK. (2019). Perusahaan Go Public? Simak Manfaatnya!. [Online]. Diakses dari https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/10519 [10 Desember 2019]

Persalinan Caesarku

🌷🌷🌷 Assalamualaikum wr wb.. ini adalah pengalaman persalinanku, semoga dapat diambil hikmahnya😇 Minggu 31 Juli jam 3 Pagi Jam 3 pagi kel...